Pertanyaan:
Selamat sore. Menurut Pak David, bagaimana cara membaca Alkitab yang baik supaya kita bisa bertumbuh setiap harinya?
- Apakah membaca Alkitab disertai renungan seperti : renungan harian/santapan harian, dan lain lain?
- Membaca Alkitab setiap hari dengan target beberapa pasal, selesai dalam 1-3 tahun (yang penting baca dan selesaikan).
- Membaca Alkitab 1 perikop atau 1 pasal setiap hari dengan membaca dan merenungkannya (baca gali Alkitab) – tidak kejar target harus selesai 1 atau beberapa tahun.
Atau bagaimana? Bagaimana membimbing anak2 untuk mencintai FT dan membaca Alkitabnya dengan teratur? Terima kasih sebelumnya, Pak
Tanggapan:
Beberapa hal di bawah ini dapat membantu kita di dalam kita merencanakan bagaimana membaca
Alkitab:
- Baca Alkitab dengan suatu konsep bahwa walaupun kita diciptakan dengan akal budi untuk dapat mengerti Tuhan dan Firman Tuhan, akal budi kita bukanlah segala sesuatu. Orang Kristen adalah orang yang rasional, tetapi tidak rasionalistik. Maka ketika kita membaca Alkitab, harus dengan suatu hati yang lembut, yang mengakui keterbatasan dan kebodohan kita, mengakui bahwa kalau kita dapat mengerti, itu hanya anugerah Tuhan semata-mata. Minta belas kasihan Tuhan!
- Baca Alkitab secara sistematis. Fakta bahwa Alkitab dituliskan dalam kurun waktu sekitar 1500 tahun adalah bukti bahwa Tuhan tidak berbicara sekaligus (satu kali selesai). Orang Reformed mengenal fakta ini sebagai pernyataan Allah yang progresif (progressive revelation). Oleh karena itu, ada baiknya kita juga bisa lebih sistematis membaca Alkitab. Sebaik apa pun, sebesar apa manfaatnya, renungan harian (Santapan Harian, dan lain-lain) tidak bisa memberikan kepada kita pengertian yang sistematis ini. Kotbah di gereja kita bukanlah kotbah tematik, tetapi kotbah eskposisi di mana secara sistematis kita mengotbahkan ayat demi ayat. Demikian jugalah kita membaca Alkitab harus baca Alkitab harus juga dengan telaten dan teliti membaca ayat demi ayat.
- Baca Alkitab dengan pengertian bahwa PL dan PB bukanlah dua perjanjian Allah yang berbeda (bahkan berkontradiksi seperti yang dipercayai Marcion dan pengikutnya di abad kedua). PL dan PB harus dimengerti sebagai satu perjanjian anugerah Tuhan yang terkait secara organik. Pengertian ini membuat kita merindukan melihat bagaimana keterkaitan antara PB dan PL. Adalah sukacita yang besar sekali ketika kita bisa mengerti kaitan antara PB dan PL.
- Baca Alkitab dengan pengertian bahwa Kristus, Pribadi dan Karya-Nya, adalah penggenapan dari janji Allah. Oleh karena itu, walaupun PL dan PB adalah satu perjanjian anugerah Allah kepada umat-Nya, PB tercantum penggenapan janji-janji Allah di PL. Maka, walaupun kita harus membaca Alkitab secara sistematis, tidak ada salahnya kita membaca PB secara sistematis terlebih dahulu. Ini supaya kita dapat menangkap tujuan dari pernyataan-pernyataan Allah dan perjanjian anugerah Allah (yakni Pribadi dan Karya Kristus). Setelah kita mengerti ini, kita dapat mengerti PL dengan lebih jelas, dan khususnya keterkaitan PL dan PB. Mereka yang menerima PL tapi menolak PB tidak mungkin dapat mengerti PL dengan benar. Mereka yang menerima PB dan menolak PL tidak mungkin dapat mengerti totalitas rencana Allah.
- Baca Alkitab bukan dengan pendekatan keharusan membaca berapa pasal per hari, dan lain sebagainya. Walaupun memang ada baiknya kita bisa menyelesaikan Alkitab dan membaca Alkitab berkali-kali sampai selesai, lebih penting lagi adalah kita benar-benar mengerti isi Alkitab. Gunakan Study Bible yang baik (sayangnya, sampai pada saat ini kita masih belum memiliki Study Bible dalam bahasa Indonesia). Study Bible yang baik akan memberikan kepada kita pengertian yang menyeluruh (bukan hanya menjelaskan ayat tersebut, tetapi juga mengaitkan ayat tersebut dengan ayat-ayat lainnya, bahkan mengaitkan PL dan PB). Kalau perlu dan memungkinkan, ambil komentari atas suatu buku (misalnya: komentari atas Roma) lalu kita mencoba mengerti buku itu lebih mendalam. Komentari yang baik atas suatu buku juga akan membawa kita mengerti keseluruhan Alkitab.
Saya berkali-kali berkata, jauh lebih penting bagi kita untuk menerima bahwa Tuhan bukan hanya berada, tetapi juga berbicara. Menyadari Tuhan berada adalah menyadari kebesaran Tuhan. Menyadari Tuhan berbicara adalah menyadari kebaikan Tuhan. Membaca Alkitab harus dimulai dengan kekaguman atas kebesaran dan kebaikan Tuhan ini. Anak-anak kita harus diberikan kesadaran ini. Bukan hanya saja Tuhan itu ada dan hidup, tetapi berbicara! Kalau kita sadar bahwa Tuhan tidak ada keharusan untuk berbicara, dan fakta bahwa Dia sudah berbicara, maka seharusnya ini mendorong kita untuk merindukan Alkitab yang adalah Firman Tuhan. Tapi pada akhirnya, anak-anak kita hanyalah cermin dari diri kita. Bila kita merindukan Alkitab, mementingkan Alkitab, membacanya dengan setia, maka di dalam kasih karunia Tuhan, maka akan lahir suatu kebiasaan (habit) yang sama di dalam diri anak-anak kita.